17 Juli 2008

Monolog Bisu...


Terdiam kita benamkan diri
Terpaku rasakan denyut dan gejala
Pada nyanyian degup jantung yang sumbang
Juga sengalan nafas tanpa aturan

Layar HP masih suguhkan nama
Dan waktu terus menggerutu
Atas kegundahan kita sendiri
Keberanian dihajar kegamangan

Kelu tangan tuk pencet tombol hijau
Raguku tepiskan keinginan
Rinduku konsekuensikan ego diri
Siapakan yang kan lebih berani?

Lelah ku mematung hasrat
Tiada mampu memulai cakap denganmu
Hanya jeritan gundahku memaki
Menarik ulur gerak prasangkaku

Ya sudahlah
Cukup didimensi ini hatiku bercerita
Biarlah perbincangan kita ini
Berakhir dimonolog bisu

Kenapa kau dan aku tiada berani memulai ?


Maniz, 13 Mei 2008

1 komentar:

Panji mengatakan...

Pergi

...pergi
rasa tak kembali,
walau mencoba
untuk kembali
mengulangi
dan menggapai,
namun yang terjadi
semakin cepat ia pergi

...pergi
dengan membawa...
ketidak fahaman
kebencian,
doa yang aku ikhlaskan,
serta meninggalkan
rasa sepi
sebagai kenangan
dan ketika dia nyatakan
kembali
yang ia jumpai hanya jeritan
kesepian
pernah ia jeritkan
sebelum kepergiannya,
ternyata jeritannya lebih setia
menemaninya

...pergi
untuk sebuah persahabatan
kata ini sangat menyakitkan
apalagi kepergian orang yang melukis hati
dan perasaan ini
dengan kebahagiaan
namun kepergian
yang mengajarkan
engkau tetap setia
sampai akhirnya
bersama harapan dirinya