15 Juli 2008

Bahasa Koma...


Tergesa kulangkahkan kaki menuju ruangan sepi bercat hijau bertulis ICU. Udara dingin menamparku sadis kala ku memasuki ruangan itu dan sosok dirimu yg membujur sendirian kian tambah dinginkan suasana, ciutkan hati. Lunglai kakiku tak mampu menompang ratusan kilo sedih, gusar dan gundahku kala mata tertutupmu yang menyambutku dan diammu coba menyalamiku. Aku hanya terpana, tersedak rasa sakit dan takut kehilanganmu yang kuwakilkan pada pelupuk mataku yang menjuntaikan air mata.
Sudah 4 hari ini kau lawan rayuan malaikat maut temanku…. Mungkin sekarang kamu sedang bersembunyi dari cengkramannya di dalamnya lautan, luasnya padang pasir, tingginya gunung atau menggendap endap di awan agar kamu bisa menemuiku lagi esok…
Suasana sepi…. diammu dan diamku bertemu….dan takkala semua hening kau coba membukakan pembicaraan dengan bahasa komamu….
Diammu mengejawantah…menjadi aksara-aksara asa, menjadi kidung lagu kepedihan, menjadi pintalan2 rasa takut dan pasrah. Diammu mengajariku bahwa begitu berharganya hidup, nikmatnya sehat, murahnya syukur dan kuatnya cinta. Diammu menabahkanku bahwa waktu terus berputar, kehidupan berotasi, ada dan tiada adalah proses menuju keabadian..
Diammu isyaratkan bahwa masih ada sisa-sisa harapan yg perlu diperjuangkan…
Dan biarlah dengan diam ku katakan.. begitu berharganya dirimu untukku…dan ribuan doa yg ku panjatkan takkan merasa bising dengan celoteh kita.


Maniz, 24 April 2008

Tidak ada komentar: