Batas malam mulai merambatimu
Pelan putihkan rambut dengan perjuangan
Guratkan garis halus pada sudut senyum
Kikis hitamnya bola mata dengan putihnya asa
Gemeretak gigi kala tubuh menggigil
Dibuai angin malam di sepanjang trotoar
Namun jasadmu menyatu dengan jiwa cinta
Setiap derita termuaikan semangatmu membara
Oh wanita di ufuk senja
Tiada letih kau torehkan jejak hidup
Tiada jengah kau bisikkan perjuangan
Tiada kesah kau hapus peluh keringat
Demi celoteh riang tunasmu yang menghijau
Oh wanita di ufuk senja
Bukan berlian tertawan di cawan tanganmu
Namun kasih tanpa pamrih
Melekat berkilat disela sela hatimu
Yang putih bersih ber aura Surga…
Wahai wanita di ufuk senja…
Bila nanti masa Nya
Perjuanganmu menepi digaris malam
Tidurlah di bantal bantal kedamaian
Yang terkirim dari tunasmu yang bersemi
Dari buah ranum yang kau tanam
Tersenyumlah…..
Maniz, 24 Juli 2008
Pelan putihkan rambut dengan perjuangan
Guratkan garis halus pada sudut senyum
Kikis hitamnya bola mata dengan putihnya asa
Gemeretak gigi kala tubuh menggigil
Dibuai angin malam di sepanjang trotoar
Namun jasadmu menyatu dengan jiwa cinta
Setiap derita termuaikan semangatmu membara
Oh wanita di ufuk senja
Tiada letih kau torehkan jejak hidup
Tiada jengah kau bisikkan perjuangan
Tiada kesah kau hapus peluh keringat
Demi celoteh riang tunasmu yang menghijau
Oh wanita di ufuk senja
Bukan berlian tertawan di cawan tanganmu
Namun kasih tanpa pamrih
Melekat berkilat disela sela hatimu
Yang putih bersih ber aura Surga…
Wahai wanita di ufuk senja…
Bila nanti masa Nya
Perjuanganmu menepi digaris malam
Tidurlah di bantal bantal kedamaian
Yang terkirim dari tunasmu yang bersemi
Dari buah ranum yang kau tanam
Tersenyumlah…..
Maniz, 24 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar