29 Juli 2008

Semangkok Sup dan Sebuah Nama


Pagi itu seperti biasanya kita bercengkrama di meja makan berdua sambil menikmati luruhnya embuh disapu Sang Surya… semangkuk sup jagung manis dan asparagus tersaji hangat di meja di hiasi kepulan teh kayu manis mencoba mengusir kantuk yang menggantung dikedua kelopak mataku.

“ Pagi non, masih ngantuk ? “ ucap Tiar menyalamiku dengan seulas senyum khasnya, senyum lebar yang memamerkan kedua giginya yang besar berkilat kilat…

“ Pagi sayang…. “ ucapku semangat..

“ Hem… rupanya Sang pangeran sudah membuatkan Sang puteri sup ya… wah.. pasti enak…” timpalku sambil duduk disalah satu kursi makan yang empuk itu

“ Yah biasanya juga begitu… semangkok sup untuk menyambut dunia“ jawab Tiar dengan senyum terkulum, jujur kalau dia senyum begitu terlihat lebih manis pikirku…

Parade pagi pun bergulir, seperti biasa aku memberondongkan segala keluhku pada Tiar.. dari sakit kepala, rambut rontok, kaki pegel-pegel sampai jerawat. Tiar mendengarkan dengan santai tanpa ekspresi, baginya keluhku seperti nyanyian Indonesia Raya yang didengarnya di setiap upacara bendera kala SD, hafal betul bahkan mungkin Tiar tidurpun masih hafal diluar kepala. Dan tanpa perasaan akupun terus melanjutkan ceritaku yang tanpa titik koma itu…. Kata demi kata mengalir tanpa ada yang menggiring… ah aku memang talk active ( cerewet yang diperhalus).

Suap demi suap sup jagung manis dan asparagus singgah dibibirku…. Sup yang nikmat dan teh yang menenangkan… teracik dari sosok tangan yang sering lembut membelai rambutku.

“ Periksakanlah sakitmu ke dokter…. Siapa tau berbahaya… “ saran Tiar membuka mulut…

“ Iya deh nanti ..” kilahku seperti biasa yang takut pada suntik dokter

“ Lama-lama memang nama Marsambat cocok padamu… hahahaha “ Tiar tertawa lepas dengan senyum khasnya, senyum yang berkilat kilat..

“ Apa ?? Marsambat lagi..?? Enggak.. !!! jawabku sewot..

“ Lah kok sewot, kan cocok sama pribadi kamu yang suka berkeluh kesah (sambat=berkeluh kesah).. hahahaha..”

Aku hanya manyun, sedikit tak terima dengan nama yang sering dia ucapkan itu.. namun kulihat Tiar sangat semangat dengan penemuan nama yang sering membuatnya tertawa… menghilangkan garis mata di bulu-bulu matanya yang lentik.

Dan sejak saat itu, nama itu melekat pada diriku bahkan Tiar tidak pernah memanggil namaku .. katanya nama Marsambat adalah panggilan kesayangan.. Ah dasar Tiar…..desisku…

Semangkok sup dan sebuah nama adalah upacara di pagi buta saat kita mulai menyambut dunia dengan segenggam asa dan cinta….

Maniz, 28 Juli 2008

Tidak ada komentar: