21 November 2008

Kejora Malamku.


……. Dan kau tanyakan mengapa bulan tak bercahaya
Dalam bayangmu yang pekat berjelaga….

kenapa harus bertanya
bukankah kau kejora malamku ?
yang melesat diantara nebula rasa
yang berputar di porosnya
tak henti
tak lelah

hentikan paraumu
dan masuklah ke relung relung dadaku
biaskanlah ragumu dikaca cinta
niscaya kau lihat gemerlapnya
cahaya bintangmu menyala
bertahta
walau tak terbaca yang lainnya
sekiranyya aku tlah bangga
milikimu apa adanya...

Mungkin..?

mungkin
jangan pernah kau berikan setangkai mawar itu
karna ku tak sanggup melihatnya layu

mungkin
jangan kau selipkan cinta disela hatiku
Itu bisa membunuhku kala kau pergi

mungkin dan mungkin
lebih baik kita tak tolehkan mata
hingga belati cinta tak torehkan luka

Hanya Sebuah Sekrup..?


Mungkin aku hanya sebuah sekrup bagimu…
Menyokongmu dari rapuhnya jiwa
Terselambu disela jasadmu yang kokoh
Tak terlihat..
Tak lebih…

Mungkin aku hanyalah sekrup kecil
Merakit hatimu yang terbelah belah
Hingga kau temukan rangka hasratmu
Yang lantah terejam murka
Dari api cemburu yang mejilat sukmamu
Kala itu..

Mungkin aku hanyalah sekrup
Menguatimu dengan mulut terkatup
Di intervena hingga sisa hidup

Maniz, 20 November 2008

14 November 2008

Membekam Misteri


biarlah dia menelan misterinya
diantara deru debu yang terhempas angin
atau benamkan kerlipan bola mata
pada garis malam yang mulai surau
hingga bumi membelai lembut mimpi
yang tersulam dari asa-asa kemarin
biarlah dan biarlah
segurat senyum dari rekahan bibirnya
terkatup menyimpan prahara
yang enggan untuk bercerita

Rindu


Kurindu bau rumput yang terbalut embun
Dimana surya menyelinap dipucuk dahan
Kurindu suara bambu
Yang melagu didawaikan angin

Kurindu desiran ombak
Tempat aku benamkan segala onak

Kurindu gubukku
Dimana Ayah dan Ibu menyalamiku
Membekali dengan sekantong cinta
Mengaminiku dengan setangkup asa

Rindu dan rindu aku
Untuk melenggang pulang
Bersimpuh dikampung halaman...

Serat Rindu yang Terlupa


Saat bola matamu menyatu dengan gejolak
Katupan bibirmu berkerut
Nyali mengempis menciut
Lalu dalam diam kita beradu
Gemuruh...
Lalu hening terbawa angin...

Kenapa..
Tak kau tali saja hasrat kita
Hingga pertemuan memanggil rasa
Bila esok sejimpit mimpi
Genapkan mozaik cinta kita yang berserak
Biarlah begitu adanya

Karna..
Serat rindu yang terselip didada
Terlupa kau baca...
Hingga bunga mimpi yang merekah
Kau anggap fatamorgana

Mengapa....

Haruskah kembali..?


haruskah kembali..???
luka sama masih menganga
derita tak tersapu tangis belia
bila harus ku redam nestapa
ku ingin sendiri menjajakan kaki
tanpa sedu sedan itu..!
tanpa segumpal janji usang
yang kerap kau sematkan
pada serat hatiku yang menghitam

cukup... !!

roda berputar
lalu kenapa kita harus terdiam..??

biarlah ku pergi.....
karna sekeranjang mimpi
menggulung hatiku kini...

Kerinduan


Mengintip senja mencium rembulan

November....


Bila November menimbun hujan
Tentu tak ia letakkan di kelopak matamu
Tak jua menenggelamkanmu dalam prahara
Hanya menyeka mimpi yang tertunda
Kala kemarau menerpa jamban hatimu..
Kemarin…..

Jika November memetik setangkup senyum
Itu dari rekahan bibirmu nan ranum
Lalu memajangnya dalam vas kaca
Menyibak rasamu yang berselambu malu
Saat ini..

Dan bila November adalah dirimu
Ijinkanlah kupinta candamu yang menyurut
Agar mampu kubelah dahaga
Dengan secawan madu kasihmu
Sebelum batas senja memenggal kisah kita
Dengan cinta bersalin rupa
Esok….

Maniz, 10 November 2008

Meniti Jejak Kupu-Kupu

Meniti jejak kupu-kupu
Yang hinggap diujung bunga berputik sari
Dimana geliat tubuh elok terpapar cahaya
Warna semburat megah merogoh pesona

Mengintip jejak kupu-kupu
Terlahir dari ulat tak bersayap
Dengan raga jauh terpuja
Namun memiliki sejuta mimpi
Kelak hidup lebih terhormati

Dan kini biarlah kupu-kupu terbang
Membelah nirwana yang membentang
Mendulang keemasan yang tertawan
Mengatup misteri yang terlupakan
Karna awal biasanya tertinggal
Dan akhir adalah simpulan mati

Maniz, 15 Oktober 2008