![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMEfQypT0OfoSRUx-YRlHg00WrXuhUU_Cn7PTJvkaKvD-17jzH3WtxFlV2E0ILerUevWYA3zGXA1k_yGfKLBwdLE4LtjfuTmyAi-Xw3Sxvewh3iju39XDDtfxx6NGvW_TJKs4vPkzMMem4/s320/CAQJOZGD.jpg)
Awan menjadi saksi nyata
Atas janji sekantong sampah
Dengan berbisik merayu tanah
Tuk kebumikan cela, nista, tipu, daya
Buahkan subur nikmat di rongga-rongga
Tanah tersenyum mengelus kuasa
Sampah tertawa puaskan rasa
Dan sembunyilah segala kebusukan
Dalam perut-perut penuh ketulusan
Apa yang terjadi
Kala tanah uraiakan semua
Mengalirlah perih dan payah mewabah
Dalam jasad yang kian meranggas
Terejam racun sampah yang mengganas
Sampah tertawa geli
Dan tanah hanya bisa berderai
Derai
Hingga awan tancapkan akar gerimis
Di tanah yang gersang menangis
Atas janji sekantong sampah
Dengan berbisik merayu tanah
Tuk kebumikan cela, nista, tipu, daya
Buahkan subur nikmat di rongga-rongga
Tanah tersenyum mengelus kuasa
Sampah tertawa puaskan rasa
Dan sembunyilah segala kebusukan
Dalam perut-perut penuh ketulusan
Apa yang terjadi
Kala tanah uraiakan semua
Mengalirlah perih dan payah mewabah
Dalam jasad yang kian meranggas
Terejam racun sampah yang mengganas
Sampah tertawa geli
Dan tanah hanya bisa berderai
Derai
Hingga awan tancapkan akar gerimis
Di tanah yang gersang menangis
Maniz, 6 September
Tidak ada komentar:
Posting Komentar