20 Agustus 2008

Rotasi Persahabatan


Malam itu… Dira terdiam mematung didepan meja kreasinya… bola mata gadis manis itu meredup, wajahnya terlihat lebih tirus ketimbang sebelumnya. Beberapa lembar puisi, batangan coklat dan kacang kulit berserak dimeja..sebotol aquapun dibiarkan menetes, airnya menyusup ke celah celah meja yang berserat kasar itu. Berjam jam Dira menunggu sahabat terbaiknya Vira yang belakangan ini sudah jarang menghubunginya. Dulu sering sekali Vira dan Dira mengunjungi dapur kreasi mereka ditaman di belakang rumah Dira, mereka membuat puisi bersama kemudian mereka tulis pada lembaran-lembaran kertas yang kemudian ditempelkan didinding. Sudahlah cukup bagi mereka karya terpajang didinding itu, tak perlu publikasi, tak perlu kritik saran karena bagi mereka karya adalah karya, hasil curahan rasa dan imagi. Dipuisi itulah mereka curahkan segalanya, lara atau suka, cinta atau dusta.


Telpon berdering keras, dari jauh suara Vira terdengar lirih, dia membatalkan janji akan membuat puisi bersama di rumah Dira. Dira tersenyum saat menutup telpon dari teman terbaik yang ia anggap kembarannya itu.


“ Ini ke 12 kali kau batalin janji Vir…yah aku tau kok .. kamu bukan seperti yang dulu, sekarang kamu punya segudang teman dan kegiatan baru “ batin Dira dalam hati. Dira sudah berusaha keras untuk mengerti kondisi yang tlah berubah itu, namun tetap saja hatinya terasa sakit karena merasa kehilangan seorang teman.


Semenjak Vira bergaul dengan Siska, Vira memang menjauh dari Dira. Vira bagai membenamkan dirinya sendiri bertedeng kesibukannya. Siska yang sejak dulu membenci Dira selalu gencar memprovokatori Vira supaya persahabatan dan persaudarannya dengan Dira ternoda bahkan hancur.


Beberapa hari kemudian Dira kembali menghubungi Vira sekedar menanyakan kabar namun telpon tak pernah diangkat, hingga sampai diterimanya sebuah puisi dari Vira….


Layang layang telah putus
Kini terbang membelah langit
Empat penjuru arah merayu hadirku
Saatnya diri pergi memilih
Selamat tinggal……
Salam Vira.-


Tercengan Dira membaca bait terakhir puisi Vira…. Tak terasa air matanya meleleh.. luruh bersama keping keping hatinya yang berguguran… hembusan angin pun membisikkan hymne perpisahan…


Hanya seperti inikah persahabatan kita Vir….
Kau pergi bersama angin yang hanya semilir sesaat…
Pergilah ke tujuh samudra dan temukan mozaik asamu disana
Dan jika angin kan bawamu kembali.. aku tetap menunggumu disini
Karena bumi berotasi…..

Maniz, 10 Agustus 2008

Tidak ada komentar: