![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglX16cyX0h-0o2HkBAm20Z5Egyq2KBgCt3mPvHjhGwAEAvWlVf9XX5mdb-0c6NdnRZuTYbEAmooBVyyz2334LGSrK_XC8ELw4EyJX8gsSnHir002Ciwj_g_1ZnbzmMHUWoD8KWyxW4zKQo/s320/images%5B34%5D.jpg)
Tatapan lembut menyambut kalbu
Senyum merekah ramah mempersilah
Petuah menjamah menggugah raga
Pencerah datang meski tak digadang
Lalu menari dengan makna kau urai dunia
Dengan dendang kata menjamah rasa
Dengan lafaldz suci menuju muara
Diujung zaman terpusara Surga
Hidup dan mati terjatah rotasi
Suka dan duka di seka masa
Syukur dan keluh tergantung diri
Karna hidup milikku tapi bukan milikku
Senyum merekah ramah mempersilah
Petuah menjamah menggugah raga
Pencerah datang meski tak digadang
Lalu menari dengan makna kau urai dunia
Dengan dendang kata menjamah rasa
Dengan lafaldz suci menuju muara
Diujung zaman terpusara Surga
Hidup dan mati terjatah rotasi
Suka dan duka di seka masa
Syukur dan keluh tergantung diri
Karna hidup milikku tapi bukan milikku
Maniz, 19 Agustus 2008
Terinspirasi oleh sejarah Rumi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar